Tangier, NU Online
Menjadi sebuah
kehormatan khusus bagi PCINU Maroko. Kali ini diundang oleh Jam’iyyah Sidi
Thalhah, Lembaga Pemerhati Lingkungan dan Karya Klasik yang bekerjasama dengan
ASMIB ( ) untuk menghadiri
acara Pekan Budaya dalam memperingati Sidi Thalhah dengan tema: “Perjuangan
Al-Wali Sidi Thalhah Al-Darij dalam Memperjuangkan Kemerdekaan Maroko dan
Pribadi Keagamaanya” yang berlangsung di dua kota, Tetouan dan Tanger 15-16
September 2012.
Acara ini dihadiri oleh
Dubes RI untuk Kerajaan Maroko, KH. Tosari Wijaya yang diundang untuk
menyampaikan pidatonya dalam pembukaan seminar Pekan Budaya ini. Turut hadir
juga penasehat Hukum Menteri luar negeri Maroko, Dr.Ibrahim Amusi, Ketua Majlis
Ilmi Tetouan, Dr. Abdlu Ghofour An-Nasir,
Sejarawan Maroko, Mohamed Ben Azuz Hakiem, Ketua organisasi Dakwah Islam Chefchaouen, Maroko, Ali Raisuni,
Perwakilan Dubes Malaysia, Delegasi Pelajar Turki di Maroko, pejabat
KBRI Rabat, para Tokoh dan Ulama Maroko serta tamu undangan. Sedangkan dari
Delegasi PCINU sendiri diwakili oleh Dewan Mustasyar (H. Husnul Amal Masúd,
Ma.), Sekretaris (Rifqi Maula) dan Koordonator LPNU (Sri Hidayanti) serta
beberapa anggota NU Maroko.
Dalam acara ini, selain
bertujuan memperingati sosok sidi Thalhah sebagai Pejuang Kemerdekaan Maroko.
Juga diperingati sosok Almarhumah Mahsushoh Ujiati, Istri KH. Tosari Wijaya yang
mendapatkan anugerah penghargaan sebagai pejuang muslimah hubungan
Indonesia-Maroko yang wafat di Maroko pada tahun 2011 yang lalu.
Rangkaian acara ini
diawali dengan pembukaan seminar yang diisi oleh sambutan-sambutan dari
beberapa Tokoh dan Pakar sejarah Maroko. Tidak ketinggalan pula tim Rebana PPI
Maroko yang tergabung dalam anggota luar biasa (STAINU), ikut memeriahkan
pembukaan Pekan Budaya ini. Acara ini masih berlangsung dengan berbagai agenda
seperti Festival musik khas Maroko dan sholawatan yang akan diselenggarakan di
Malosa-Tanger.
Dubes RI untuk Kerajaan
Maroko dalam pidatonya mengatakan, “Ketika kita membicarakan hubungan
Indonesia-Maroko, maka tidak pernah terpisahkan dari peran ulama Maroko dalam
penyebaran Islam di Indonesia, seperti Ibnu Bathutoh dan Maulana Malik Ibrahim
serta Pejuang Imama Bonjol yang Ibunya berasal dari Maroko. Maka tidak heran
jika Islam Moderat di Indonesia sama dengan Islam Moderat di Maroko.”
Prof. Dr. Mariam Ait
Ahmed dalam sambutannya mengatakan,”saya sangat salut dengan warga Indonesia
yang sangat menghormati ulama Maroko dan karya-karyanya, seperti melanggengkan
Dalailul Khoirat dalam setiap wiridnya…”
telah dimuat di NUonline: Senin, 17/09/2012 09:58
0 komentar:
Posting Komentar