Masjid Hassan II di casablanca |
MAROKO biasa dikenal dengan sebutan Maghrib (Negeri Matahari
Terbenam). Negeri ini pernah dijajah Prancis dan Spanyol. Islam di negeri ini
menjadi agama resmi bagi rakyatnya. Mayoritas umat Islam di negeri ini menganut
Mazhab Maliki.
Dalam isbat (penetapan) awal dan akhir Ramadhan, masyarakat
muslim Maroko selalu menunggu keputusan raja. Jadi, di negeri ini tak ada
istilah beda penetapan awal Ramadhan seperti terjadi di Indonesia. Salah satu
rutinitas Raja Maroko ketika tiba Ramadhan adalah mengadakan “Pengajian
Ramadhan” yang disebut Durus Hasaniyyah yang diadakan hampir seminggu sekali
selama Ramadhan. Biasanya raja mengundang ulama-ulama terkenal dari
berbagai negara untuk mengisi pengajian ini. Pada tahun 2010, Prof Dr KH Said
Aqil Siraj menjadi penceramah dalam “pengajian raja” ini dengan tema "Perlindungan
terhadap agama dan kepercayaan di negara-negara demokratis" (Antitesis
terhadap statemen pemisahan antara Agama dan Negara) ”.
Tatkala kita bicara soal puasa Ramadhan di Maroko, nuansanya
memang sangat berbeda dengan di Indonesia. Apalagi Ramadhan tahun ini
bertepatan dengan musim panas yang waktu siangnya sangat panjang, kurang lebih
17 jam. Warga Indonesia yang tinggal di Maroko selama bulan puasa tentu harus
beradaptasi. Apalagi suhu hariannya bisa mencapai 45 derajat Celcius.
Ada hal unik kami rasakan sebagai warga Indonesia yang
tinggal di Maroko, yaitu menu berbuka puasa dan sahur orang Maroko yang sangat
beragam. Di sini ada santapan makan malam antara selepas berbuka dan sebelum
sahur. Tradisi ini tak hanya dilakoni masyarakat kelas menengah ke atas, tapi
juga hampir berlaku bagi semua lapisan masyarakat Maroko dengan komposisi menu
yang tak jauh berbeda.
Orang Maroko biasanya makan sahur pada pukul 02.30. Sahur
bagi mereka sekadar untuk melaksanakan ibadah sunah. Cukup dengan meminum
beberapa gelas susu, air putih, dan makanan ringan dari kue-kue kering khas
Ramadhan.
Tarawih khas Maroko
Hal lain yang menarik sepanjang Ramadhan di Maroko adalah
shalat Tarawihnya. Ibadah sunat khas Ramadhan ini dilaksanakan dua putaran
setiap malamnya. Putaran pertama sebanyak delapan rakaat dilakukan sehabis
jamaah menunaikan shalat Isya. Tarawih putaran pertama ini selesai pada pukul
22.30.
Kemudian, Tarawih putaran kedua dilaksanakan satu jam
menjelang azan subuh berkumandang. Adalah pemandangan yang lazim di sini,
sekitar satu jam menjelang azan subuh, kaum muslimin Maroko kembali ke masjid
untuk melaksanakan Tarawih putaran kedua.
Selain itu, ada hal yang menurut saya, perlu dicontoh oleh
seluruh imam masjid di Indonesia, yakni hampir seluruh imam masjid di Maroko
hafal Quran 30 juz. Biasanya sang imam setiap malamnya menghabisakan lebih dari
satu juz Alquran ketika memimpin shalat mulai Isya hingga witir. Sehingga
ketika sampai pada sepuluh akhir Ramadhan, sang imam genap mengkhatamkan 30
juz. Di sisi lain, akan menjadi aib bagi imam-imam masjid di Maroko jika ia tak
sempat khatam Quran selama Ramadhan.
Pernah dimuat di Media :
http://www.hidayatullah.com/read/24203/07/08/2012/kisah-puasa-ramadhan-mahasiswa-indonesia-di-maroko.htmlPernah dimuat di Media :
http://aceh.tribunnews.com/2012/08/02/tarawih-dua-putaran-di-maroko
mantaap
BalasHapus